Mengenal Uji Tetrazolium
Pendahuluan
Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah. Kegunaan uji tetrazolium antara lain untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, viabilitas benih dorman, hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih (Vega, 2011).
Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari benih setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu hidup akan menghasilkan suatu reaksi pada benih dengan menimbulkan warna merah. Sedangkan jika tidak menimbulkan warna menunjukan bahwa benih sudah mati ( Chapman dan Lark, 2005).
Pada pengujian secara biokimia akan terjadi proses reduksi pada jaringan hidup. Proses reduksi ini menjadi ciri bahwa benih yang diuji tersebut hidup. Bahan yang digunakan untuk pengujian adalah garam tetrazolium. Pada jaringan hidup, jika benih mengimbibisi larutan ini maka terjadi proses reduksi. Dengan adanya prosese dehidrogenase maka larutan 2,3,5 triphenyl tetrazolium chlorode atau bromide akan berwarna merah sehingga jaringan yang hidup berwarna merah stabil dan merupakan substan yang tidak terlarut oleh triphenyl formazan yang dihasilkan oleh jaringan hidup. Jaringan yang hidup berwarna merah dan yang akan mati tidak berwarna (Kuswanto, 2007).
Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam jaringan sel bahan ini akan ikut serta dalam proses reduksi (Soejadi et al., 2001). Tujuan dari melakukan uji daya kecambah benih adalah untuk mengkaji dan menetapkan nilai setipa contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih (Kartasapoetra ,2003).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam uji tetrazolium adalah beaker glass, alumunium foil, kain strimin, tali rafia, jarum, gunting, pinset, pisau skapel dan cawan petri.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum uji tetrazolium adalah larutan tetrazolium, biji kacang tanah (Arachis hypogaea), biji kacang hijau (Vigna radiata), dan air panas.
Metode
Biji yang akan diuji daya perkecambahannya yaitu biji kacang tanah (Arachis hypogaea) dan biji kacang hijau (Vigna radiata). Biji kacang tanah (Arachis hypogaea) dan kacang hijau (Vigna radiata) diambil masing-masing sebanyak 6 biji dipilih biji yang baik, tidak rusak kemudian diletakkan dalam kain strimin dan dibungkus yang diikat dengan tali rafia. Selanjutnya kedua biji tersebut dimasukkan dalam beaker glass yang berisi air panas, biji kacang tanah direndam selama 30 menit. Biji diangkat bersama kain strimin dan diletakkan dalam cawan petri, lalu biji tersebut ditusuk-tusuk dengan jarum sampai terluka. Diusahakan jangan sampai biji pecah dan tidak menyentuh tangan langsung. Setelah itu biji dimasukkan beaker glass yang sudah dilapisi dengan aluminium foil dan direndam dalam larutan tetrazolium selama 30 menit. Biji diangkat dari rendaman, kemudian biji dibelah dengan pinset untuk dilakukan pengamatan warna biji.
Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan dua macam benih yang berbeda, yaitu biji kacang tanah (Arachis hypogaea) dan biji kacang hijau (Vigna radiata) diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Tabel Uji Tetrazolium
Nomor | Warna yang timbul | ||
Keterangan | Kacang Hijau | Kacang Tanah | |
1. | Sudah dibelah | Merah cerah | Merah muda + |
2. | Sudah dibelah | Merah cerah | Merah muda ++ |
3. | Sudah dibelah | Merah cerah | Merah muda +++ |
4. | Belum dibelah | Putih | Putih |
5. | Belum dibelah | Putih | Putih |
6. | Belum dibelah | Putih | Putih |
Hasil data diatas dapat diketahui bahwa kacang tanah yang sudah dibelah memiliki warna merah muda, kacang tanah yang belum dibelah memiliki warna putih, kacang hijau yang sudah dibelah memiliki warna merah cerah, dan kacang hijau yang belum dibelah memiliki warna putih. Uji Tetrazolium (TZ) merupakan salah satu uji kualitas benih dengan mengamati apakah suatu benih masih viabel atau tidak. Uji tersebut dilakukan dengan cara melihat warna yang timbul pada embrio benih akibat adanya reaksi dengan garam tetrazolium. Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih, enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi. Kriteria pewarnaan dalam uji Tetrazolium antara lain: a) merah cerah: jaringan masih hidup atau benih viable, b) merah muda: jaringan atau viabilitas sudah lemah, c) merah tua: jaringan rusak, d) tidak berwarna: jaringan sudah mati (Byrd, 1988).
Viabilitas benih diartikan sebagai daya hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan fenomena pertumbuhan (Sadjad, 1972 dalam IPB, 2010). Daya kecambah dan vigor benih merupakan penentu viabilitas benih yang merupakan gambar mutu fisiologi benih. Perkecambahan mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Sedangkan vigor benih mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang suboptimum atau berkembang menjadi tanaman di atas normal pada kondisi lingkungan yang optimum atau mampu disimpan dalam kondisi lingkungan yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi simpan optimum (Sadjad, 1972 dalam IPB, 2010).
Pegujian viabilitas menggunakan berbagai macam parameter viabilitas. Menurut Sadjad (1972 dalam IPB, 2010) parameter untuk pengujian viabilitas benih meliputi viabilitas total, viabilitas potensial atau optimum, vigor kekuatan tumbuh, vigor daya simpan, vigor awal sebelum simpan, vigor awal sebelum ditanam, nilali delta antara viabilitas potensial dan vigor benih. Justice dan Bass (1990 dalam IPB, 2010) mengemukakan bahwa metode uji vigor yang terbaik dan banyak dipergunakan adalah metode uji dingin (cold test) yang dikembangkan untuk pengujian benih jagung dan tentunya juga dapat digunakan untuk beberapa spesies tanaman lainnya. Mereka menambahkan berbagai macam uji tekanan, uji laju pertumbuhan kecambah, serta uji tetrazolium juga telah dilakukan namun masing-masing pengujian di atas berguna untuk beberapa jenis benih tertentu, tetapi tidak terbukti baik untuk berbagai jenis benih lainnya. Berdasarkan hasil praktikum jika dibandingkan dengan literatur, biji yang telah dibelah memiliki daya viabilitas yang baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa uji tetrazolium bertujuan untuk mengetahui daya kecambah benih tanaman. Daya kecambah suatu tanaman dipengaruhi oleh viabilitas biji.
Daftar Pustaka
Byrd, H.W. 1988. Pedoman Teknologi Benih. State College. Mississipi
Chapman, S.R., and Lark P.C.2005. Crop Production Principle and Practise. WH Freeman Co. SF.
IPB. 2010. Tinjauan Pustaka Fisiologi Benih Padi Dan Viabilitas Benih. Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor : Bogor
Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Soejadi, G, Sadiman,I. 2001. Identifikasi Tingkat Kemunduran Benih Kedelai Melalui daya hantar listrik dan Viabilitas. AgrijurnalVIII(2): 38-49.
Vega. 2011. Dormansi dan Viabilitas Benih.
Posting Komentar untuk "Mengenal Uji Tetrazolium"