Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Because Life is a Journey. Not a Race.



DONGENG SEBELUM TIDUR

"Because Life is a Journey. Not a Race."

Kadang kita suka insecure kalo melihat achievement orang lain. Meski itu sebetulnya bisa membuat kita termotivasi juga.

Namun gak sedikit yg kemudian justru memaksakan diri dan lupa gimana caranya happy.

Sejak kecil kita emang udah dilatih buat membiasakan diri dengan iklim kompetitif. Ada lomba 17an misalnya. Yg menang juara 1-3 dapet hadiah. Begitupun di kehidupan sekolah. Yg ranking 1-3 akan dikasih piala.

Sehingga kita kemudian berusaha dan belajar biar bisa berprestasi.

Iklim kompetitif yg sudah dibentuk sejak kecil ini kemudian berlanjut ketika kita beranjak dewasa.

Waktunya masa puber nih. Udah mulai tau cowok/cewek cakep. Udah mulai muncul rasa tertarik dgn lawan jenis.

Eh yg disukai ternyata banyak yg suka jg. Mulailah berkompetisi lagi.

Setelah berkompetisi siapa yg punya mantan paling banyak, semakin beranjak dewasa, kita kemudian dihadapkan dgn kompetisi lain lagi. Yaitu persaingan masuk PTN bergengsi.

Calon mahasiswa se Indonesia saling "sikut" satu sama lain demi masuk PTN yg udah lama diidam-idamkan.

Berhasil masuk kampus pilihan, eh kita dihadapkan sama kompetisi lagi. Siapa yg lulusnya paling cepat. Siapa yg skripsinya kelar paling dulu.

Mulai lah tarung lagi. Begadang buat beresin tugas. Belajar fokus biar gak ngulang. Revisi skripsi non stop biar cepet kelar.

Begitu wisuda, dihadapkan sama kompetisi lagi. Berebut tempat kerjaan dgn gaji dan jabatan tinggi.

Mulai saling fight lagi. Apply CV sana sini. Panggilan interview non stop ga berhenti. Gimana caranya biar gak lama-lama berdiam diri.

Udah dapat kerjaan pun, muncul sebuah kompetisi baru lagi. Pertanyaan kapan nikah mulai menyerang. Keburu tua dan gak laku, katanya.

Mulai panik lagi. Install tinder cari jodoh sana sini. Desperate buat segera nikah krna cibiran dan tuntutan society.

Udah nikah pun, mulut tetangga juga masih gak berhenti. Kita dihadapkan sama kompetisi lain lagi.

"Kapan punya anak? Ati2 keburu tua dan bahaya buat melahirkan loh."

Mulai bingung lagi. Maunya langsung pengen segera hamil sekali celup. Biar cibiran tetangga berhenti menyaut.

Iklim kompetitif emang bagus buat mendorong kita terus improve jadi lebih baik.

Namun banyak yg mgkn belum aware, bahwa dibalik iklim kompetitif itu, telah tercipta ekspektasi. Banyak orang down krna merasa gagal memenuhi ekspektasinya sendiri.

Sehingga gak sedikit dari kita yg suka merenung,

"Am I good enough?"
"Do I make my parents proud?"
"Why can't I be as good as them?"

Yg berujung kemudian kita menyalahkan diri. Merasa terbebani ekspektasi. Merasa hidup ini useless. Bahkan ada yg kemudian sampai dilanda depresi.

Kawan, ini penting saya utarakan karena saya pengen Anda tau, bahwa Anda itu manusia2 tangguh.

Ditengah tekanan, rasa putus asa, dan kesedihan tersebut, Anda saat ini masih berdiri. Anda saat ini masih bertahan. Anda saat ini berjuang. Dan Anda saat ini msh menghembuskan nafas.

Saya kembali ingin tekankan bahwa hidup itu soal perjalanan. Bukan soal pertandingan.

Bukan soal seberapa besar gajimu. Bukan soal secepat apa kelar skripsimu. Bukan soal setinggi apa IPK mu.

Tapi seberapa bermakna hidupmu untuk orang2 yang Anda sayangi.

Mari jalani hidup ini sesuai porsi dan kapasitas masing2. Banyak kejutan di masa depan yg mungkin menanti.

Gak ada yg nyangka Atta Halilintar bisa setajir itu.
Gak ada yg nyangka Didi Kempot bakal booming lagi.

Mungkin kelak kita jg akan  menemukan titik balik dlm hidup kita.

Terimakasih udah terus bertahan sampai detik ini. Terimakasih udah terus bertarung sampai hari ini. Terimakasih udah berjuang sepenuh hati.

Salam hormatku untuk kalian para manusia2 tangguh. Sempatkan tawa dan senyum dlm tiap harimu.

Panjang umur perjuangan.

Selamat Malam.

Posting Komentar untuk "Because Life is a Journey. Not a Race."