Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proses beragama - Tulisan Erizeli Jely Bandaro

Proses beragama - Tulisan Erizeli Jely Bandaro - refleksi pengeroyokan ade armando

Gimana pendapat anda soal pemahaman beragama sekarang? tanya teman seusai kasus pengeroyokan Ade Armanto. Menurut saya, walau berbeda beda pemahamannya, tidak ada yang salah. Semua benar. Tentu sesuai dengan tingkatan mereka dalam beragama.

“Apa yang dimaksud dengan tingkatan beragama.?

“ Dalam islam itu ada empat tingkatan. Tingkat pertama, syariat. Hidayat, hakikat, dan ma’rifat. Kempat tingkat itu ibarat anak tangga. Tidak bisa langsung ke ma’rifat. Harus melalui proses syariat, agar sampai pada hidaya dan kemudian mencapai hakikat dan puncaknya ma’rifat. “ Kata saya.

Dia minta jelaskan secara sederhana keempat tingkat itu.

Syariat itu, itu level orang beragama melaksanakan dasar ritual yang ditetapkan rukun islam dan rukun iman. Pada level ini orang beragama masih melihat simbol. Misal soal pakaian, tempat ibadah, dan tradisi lain remeh temeh yang dia yakinin sebagai bagian dari syariat. Mereka suka membanggakan syariat itu. Orang yang tidak patuh dengan simbol, misal tidak sholat di masjid, dianggap sesat.Tidak pakai janggut, tidak pakai baju gamis dianggap bukan kaumnya. Tidak mau poligami dianggap salah.

Beragama pada level syariat ini tidak menghasilkan apapun. Itu hanya beragama pada level kulit dan simbol saja. Hanya ngerep sorga. Kadang mudah tersesatkan dengan mengkafirkan orang lain, atau terkesan kekanak kanakan. Doyan mengeluh dan menyalahkan orang lain. Mudah dimanfaatkan oleh politisi oportunis, termasuk mudah jadi korban MLM syariah, Sebenarnya mereka sudah tertipu dalam beragama. Karena dirasa sudah beragama ternyata belum. Tidak banyak orang bisa lolos level syariat itu. Biasanya terkubur karena kesombongan beragama.

Level Hidayat. Kalau tingkatan syariat dapat dilakukan dengan rendah hati. Akhlak bertambah baik seiring keimanan bertambah kuat, maka akan sampai pada level hidayat. Nah pada level hidayat ini, orang beragama tidak lagi kepada simbol. Mereka lebih focus kepada akhlak. Lebih utamakan akhlak daripada fikih. Ogah bertengkar. Lebih memilih berdamai. Namun pada level ini kadang orang sombong. Mereka merasa pantas masuk sorga. Yang lain tidak. Nah sikap ini akan mengaburkan jalan ke hakikat

Level ketiga, Hakikat. Kalau level hidayat dapat dilewati dengan ikhlas. Maka akan sampai pada level hakikat. Orang beragama benar benar jauh dari simbol dan material. Walau senantiasa berbuat baik namun tidak lagi menghitung pahala dan amalan. Mereka menjauh dari hiruk pikuk agama, lebih suka menyendiri. Tidak suka bertengkar soal salah benar. Dalam dirinya hanya ada cinta dan kasih. Nilai kemanusiaan nya tinggi sekali. Agama sudah jadi guide of life.

Level keempat. ma’rifat. Umumnya orang yang sudah beragama pada level hakikat, mereka akan selamat mencapai level ma’rifat. Apa itu ma’rifat? Dia sudah jadi pribadi yang merupakan bayang bayang Tuhan. Yang ada hanya cinta dan kasih sayang. Dia sudah jadi pencerah, tidak lagi di sekat agama, suku dan bangsa. Sifat kemanusiaan mengalahkan segala galanya. Baginya mencintai manusia adalah mencintai Tuhan itu sendiri. Kerinduannya hanya Tuhan. Dimanapun dia berada tidak penting. Sorga atau neraka ok saja. Yang penting dia bersama Tuhan. Hanya Tuhan tujuannya, bukan yang lain.

Posting Komentar untuk "Proses beragama - Tulisan Erizeli Jely Bandaro"